bersama pak direktur |
(1001 kisah kuliah 13 bulan)
Oleh Abu Tabina
Suatu hari di bulan Ramadhan 1430 H, pesawat boeng 737 milik maskapai penerbangan Kartika membawaku terbang dari Bandara Hang Nadim Batam Provinsi Kepulauan Riau menuju ke kota asal empek-empek berada, Palembang…ya Palembang, salah satu kota tua yang berada di pinggiran sungai musi yang terbagi ke dalam dua bagian yaitu bagian hulu dan ilir serta dihubungkan dengan jembatan Ampera, saksi bisu perkembangan kota ini, salah satu ikon kota Palembang tentunya.
Hanya satu tujuan pada saat itu mencari dimana letak kantor depewe peKS Palembang, hasil rekomendasi seorang sahabat kenalan di Palembang (sahabat itu bernama Sabda Sholat…hmmm..unik ya namanya), sebagai tempat singgah dan menginap untuk beberapa hari (perkembangannya ternyata hingga 5 hari). Selama disana aku berusaha untuk mengenal kota ini lebih jauh termasuk mencari tahu dimana lokasi kampus Universitas Sriwijaya tempat aku akan menempuh pendidikan s2, sebagai salah satu keberuntungan ku karena mendapatkan beasiswa dari Kementerian Agama anggaran tahun 2009 tanpa diduga-duga sebelumnya.
Panas…, itu yang pertama kali aku rasakan ketika mengijakkan kaki di bumi sriwijaya dengan laskar wong kito-nya ini. Kebetulan pada saat itu hujan jarang turun. Hari-hariku selama setahun akhirnya aku habiskan disini, meninggalkan istri tercinta yang baru sebulan aku nikahi di kampung halaman.
Sedih memang, tetapi semua harus dilalui sebagai bagian dari ujian hidup..bukankah untuk mendapatkan sebilah pedang yang tajam dibutuhkan pembakaran yang lama, pukulan, dan asahan gerinda yang berulang-ulang..Insya Allah dengan niat bismillah semua dilalui dengan rasa syukur... terbayang wajah keluarga, teman, sahabat dan semua yang berada di kampung halaman. Dan terbayang pula suasana kota palembang dalam khayalan, teman-teman dan saudara-saudara baru yang akan ditemui setiba menginjakkan kaki di bumi Andalas bagian selatan ini.
Hari pertama masuk kampus, aku bertemu dengan teman-teman senasib yang mendapatkan beasiswa, mereka berasal dari beberapa provinsi di Indonesia, cukup banyak, ada 14 orang* termasuk aku, peserta termuda dari Provinsi Kepulauan Riau. Saling berkenalan dan akhirnya menjadi keluarga terdekat di palembang ini.
Perbedaan dialek, semakin mengakrabkan kami dan menjadi suatu pengalaman yang berharga pada saat itu. Selama lebih dari satu tahun kamu lalui perkuliahan ini, suka-duka, senang-sedih alias nikmat-sengsara menjadi menu harian kami. Karena program ini ternyata hanya membebaskan kami dari biaya perkuliahan selama 13 bulan, tetapi tidak menanggung biaya buku, pemondokan, transportasi dan biaya-biaya lainnya yang banyak kami temui selama mengikuti proses perkuliahan.
Satu hal yang kami sesali karena tidak diinformasikan terlebih dahulu sebelum kami berangkat dari daerah masing-masing menuju kota asing ini..terutama teman-teman yang berasal dari daerah timur, yang memiliki cost lebih besar. Toh, semuanya sudah berjalan..bukan menjadi penyesalan, tetapi malah menjadi pecutan bagi kami untuk belajar lebih giat supaya dapat menyelesaikan studi tepat waktu dan mendapatkan hasil yang maksimal..dengan harapan cepat kembali ke kampung halaman, berkumpul bersama keluarga dan memperbaiki segala sesuatu yang selama ini tertinggal, termasuk memulai mengangsur hutang-hutang...hehehehe...
Banyak pengalaman yang saya dapatkan disini, pelajaran hidup yang berharga dari teman-teman dan ilmu yang tentu saja sedikit banyak mengisi memori kosong saya, dan semakin memperkayanya... tapi alhamdulillah, masa-masa manis itu sebentar lagi akan kami tinggalkan, karena Tesis sebagai bagian dari syarat kelulusan telah selesai dikerjakan dan telah selesai diujikan dan alhamdulillah lulus semuanya..tinggal menunggu waktu yudisium sebagai bagian dari seremonial yang wajib diikuti, karena menjadi tanda penyematan gelar M.Si ( Magister Sains) dibelakang nama kami masing-masing dari program studi Magister Administrasi Publik.
Wah keren....menjadi seorang magister alias master dari ilmu Administrasi Publik...tetapi justru gelar ini yang membuat saya tertunduk, apakah saya pantas mendapatkan gelar tersebut dengan konsekuensi moral yang mengiringinya...tetapi insya Allah, skenario Allah itu indah, saya ikuti saja semoga ilmu yang didapat bermanfaat terutama bagi agama dan bangsaku.. ..
Hari ini aku terkenang kembali akan masa-masa kuliah dahulu, meninggalkan istri yang sedang hamil muda untuk beberapa bulan (karena secara berkala pulang ke kota asal).. salah satu yang kusyukuri, yaitu dapat hadir dan mendampingi istri ketika buah hati kami, putri kecil kami lahir pada jam 15.03 wib tanggal 18 Mei tahun 2010 atau bertepatan dengan tanggal 4 Jumadil akhir 1430 Hijriah di RSUD Kota Tanjungpinang, tepat dua jam saat pesawat yang membawaku dari palembang tiba di batam.
Bahagia rasanya melihat bayi mungil kami, dengan harapan dia akan menjadi generasi Qurani, penyambung lidah para Nabi...Meskipun selama dua hari istriku menahan rasa sakit akibat kontraksi, karena tak kunjung keluar bayi kami.... perkembangan selanjutnya bayi mungil itu, kami beri nama Tabina Afrah Rahmadita , dengan doa yang selalu mengiringi namanya sebagai pengikut Rasulullah Sholallahu alaihi wa sallam, pembawa kegembiraan dan kebahagian bagi sekelilingnya, dan senantiasa mendapatkan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala..itu doa kami.. sekaligus menobatkan aku sebagai seorang abi dan istriku sebagai seorang bunda.
Tanpa terasa hari-hari yang melelahkan itu akan segera berakhir, berganti hari baru dengan warna baru dan tentunya dengan tanntangan baru, oh semoga aku tetap istiqomah berada dijalanNya..bukankah suatu nikmat terbesar itu apabila kita masih memiliki iman dan tetap istiqomah di jalanNya..semoga...
*Masdisupri (Provinsi Riau), Saehan Marimau (Palu), Rifkayanti (Jambi), Zainuddin A Basyr (Ternate), Gilman Pary (Ambon), Tri Idayana (Lampung), Sondang Trinapsari (Jakarta), Fathia Abasyi (Manado), Sugiyo (Bangka Belitung), Abdul Samad Pomalingo (Gorontalo), Ganda Riawan, Yenny, & Ana Romhuri (Pelembang).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar